KLIKTREND.com – Nama Rohana Kudus serentak menjadi perbincangan publik lantaran diangkat oleh Presiden Joko Widodo sebagai pahlawan nasional.
Diketahui, Presiden Jokowi baru saja memberikan persetujuan untuk memberi gelar pahlawan nasional terhadap perempuan asal Sumatra Barat tersebut.
“Bersama ini kami sampaikan usulan yang telah mendapatkan persetujuan untuk dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional Tahun 2019, atas nama almarhumah Rohana Kudus,” kata Direktur Pemberdayaan Sosial Kemensos, Pepen Nazaruddin Kamis (7/11/2019), dikutip dari idntimes.com.
Trending: Remisi Pembunuh Wartawan Radar Bali Resmi Dicabut
Siapakah Rohana Kudus?
Sosok Rohana Kudus memang jarang dan bahkan tidak diketahui publik baik kehidupannya maupun aktivitasnya selama ini.
Tidak hanya itu, perempuan berdarah minang ini bahkan jauh dari pengetahuan publik soal asal usul dan sepak terjangnya selama masih hidup.
Namun kini nama Rohana Kudus santer dibicarakan lantaran kontribusinya yang sangat besar di dunia jurnalistik.
Tidak mengherankan jika Rohana mendapat persetujuan dari Presiden RI, Joko Widodo menjadi salah satu pahlawan nasional.
Tentu kabar ini sangat membanggakan terutama bagi bangsa Indonesia. Lantas seperti apakah kisah hidup Rohana?
Trending: Kisah Seorang Janda Pemulung Diusir Menantu, Hingga Hutang 5 Ribu Ditagih
Rohana, Perempuan Berdarah Minang
Dilansir Kliktrend.com dari Wikipedia, Rohana Kudus lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, 20 Desember 1884 dan meninggal di Jakarta, 17 Agustus 1972 pada umur 87 tahun.
Ayahnya bernama Mohamad Rasjad Maharadja Soetan dan ibunya bernama Kiam. Rohana Kudus adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia yang pertama dan juga bibi dari penyair terkenal Chairil Anwar.
Ia merupakan kakak tiri dari Soetan Sjahrir, perdana menteri Indonesia pertama dan sepupu KH Agus Salim.
Walau tidak mengecap pendidikan formal, perempuan berdarah Minang tersebut tetap bisa belajar membaca serta menulis dari sang ayah yang selalu membawakannya buku usai bekerja.
Di tengah keterbatasannya sebagai perempuan yang tidak mengenal pendidikan seperti kebanyakan perempuan masa kini, Rohana ternyata menguasai bebrapa bahasa asing.
Di usianya yang masih muda, ia menguasai 4 bahasa asing seperti; Belanda, Arab, Latin, dan Arab Melayu.
Trending: Ashanty Ungkap Kisah Pilu Masa Lalunya Kepada Raffi Ahmad
Mendirikan Surat Kabar
Jarang diketahui publik, rupanya Rohana merupakan salah satu sosok perempuan yang memiliki prestasi dan patut diapresiasi selama hidupnya.
Rohana hidup pada zaman yang sama dengan Kartini, ketika akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi.
Walau tidak mengenyam pendidikan, rupanya Rohana memiliki kontribusi yang sangat besar dalam sejarah bangsa Indonesia.
Rohana mendirikan surat kabar bernama Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912. Dia menyusun redaksi surat kabar ini dengan diisi perempuan.
Rohana juga memiliki banyak karya jurnalistik yang tersebar di berbagai surat kabar, seperti Saudara Hindia, Suara Koto Gadang, Guntur Bergerak dan lainnya.
Trending: Viral Kisah Kevin Sunti, Putra Flores yang Jadi Perwira U.S. Air Force
Pelopor Wartawan Perempuan Sumbar
Pada 25 Agustus 1974, Rohana menerima gelar pelopor wartawan perempuan Sumatera Barat dan perintis pers.
Hal tersebut karena ia memiliki jasa dalam memperjuangkan bangsa melalui dunia jurnalistik.
Kini wanita keturunan Minang tersebut akan mendapat Gelar Pahlawan Nasional Tahun 2019.
Gelar yang didapatkan merupakan hasil dari pertemuan antara Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan dengan Presiden Jokowi.
Rohana Kudus melalui ahli warisnya akan menerima penganugerahan gelar tersebut di Istana Negara.
Pemberian Gelar Pahlawan Nasional akan dilaksanakan pada 8 November 2019 di Istana Negara.
Trending: Kisah Polantas Bangun SD dari Gaji Pribadi Hingga Jual Perhiasan Istri
Mendirikan Sekolah
Rohana mendirikan sekolah keterampilan khusus perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang diberi nama Sekolah Kerajinan Amai Setia.
Di sekolah ini diajarkan berbagai keterampilan untuk perempuan, keterampilan mengelola keuangan, tulis-baca, budi pekerti, pendidikan agama dan Bahasa Belanda.
Dalam perjalanannya, banyak sekali rintangan yang dihadapi Roehana dalam mewujudkan cita-citanya.
Jatuh bangun memperjuangkan nasib kaum perempuan penuh dengan benturan sosial menghadapi pemuka adat dan kebiasaan masyarakat Koto Gadang.
Tidak hanya itu, bahkan fitnahan yang tak kunjung usai menderanya seiring dengan keinginannnya untuk memajukan kaum perempuan.
Namun gejolak sosial yang dihadapinya justru membuatnya tegar dan semakin yakin dengan apa yang diperjuangkannya.*