Kliktrend.com – Salah satu media Vietnam bernama Soha secara terang-terangan memandang timnas Indonesia sebelah mata.
Dalam artikel terbarunya, Soha menyebutkan bahwa skuad Garuda merupakan tim terbutuk di Piala AFF 2020 yang masuk ke semifinal.
Baca Juga: Gala Sky Akhirnya Dibelikan Rumah oleh Keluarga Bibi Ardiansyah
Pemberitaan tersebut menambah daftar banyaknya negara tetangga Indonesia yang menganggap remeh Indonesia seperti yang dilakukan Malaysia sebelumnya.
Vietnam Posisi Kedua Setelah Indonesia
Meski demikian, Vietnam tidak pernah menyadari bahwa mereka sendiri gagal mengalahkan Indonesia di pertandingan Grup B Piala AFF.
Mereka dipaksa bermain imbang tanpa gol meski saat itu mendominasi jalannya laga. Pada akhirnya, Timnas Vietnam finis di posisi kedua di bawah Indonesia.
Bukan hanya itu, Soha menyebut bahwa tim mereka merupakan tim terbaik di antara empat tim yang lolos ke babak semifinal. Sementara, Indonesia mereka sebut sebagai tim terburuk.
Baca Juga: Puan Maharani Panen Kritik Setelah Pasang Baliho di Wilayah Bencana Semeru
Soha mengklaim bahwa meskipun tidak memuncaki Grup B, Vietnam telah membanggakan dengan berada di peringkat khusus indeks fair play.
“Dengan demikian, armada Park adalah tim paling cantik di antara empat tim yang lolos semifinal. Kami hanya menerima 48 pelanggaran dan 3 kartu kuning dalam 4 laga babak grup,” tulis laporan Soha.
”Ini statistik yang menggembirakan karena lawan Vietnam di semifinal, Thailand, menerima 51 pelanggaran dan 5 kartu kuning di babak grup,” lanjut mereka.
Timnas Indonesia Paling Mendapat Perhatian
Terlepas dari penilaian tersebut, nyatanya hingga kini Timnas Indonesia menjadi salah satu tim yang paling menyorot perhatian di Piala AFF 2020.
Shin Tae-yong bak membuktikan bahwa Indonesia yang diisi pemain-pemain muda minim pengalaman bisa berbicara banyak di kancah Asia Tenggara.
Baca Juga: Menag Yaqut Akan Digugat ke PTUN Setelah Mencopot Enam Pejabat Kementrian
Timnas Indonesia di bawah arahan Shin Tae-yong juga kerap memberikan kejutan, dengan memainkan formasi serta strategi berbeda-beda di setiap pertandingan.
Hal tersebut membuat sejumlah pihak mengalami kesulitan untuk membendung berbagai macam gempuran tim yang mayoritas dihuni para pemain muda tersebut.
