Seorang Siswi di Pekalongan Bakar Belasan Piagam, Begini Persoalannya

Permasalahannya adalah karena sistem zonasi mengharuskan peserta didik untuk masuk ke sekolah yang memiliki jarak terdekat dengan kecamatan rumah mereka.

Seorang Siswi di Pekalongan Bakar Belasan Piagam, Begini Persoalannya
Gambar - Capture YouTube Tribun Jateng

KLIKTREND.com – Seorang siswi di Pekalongan bakar belasan piagam lantaran tidak bisa melanjutkan pendidikan di sekolah favorit.

Hal ini disebabkan oleh sistem zonasi pada PPDB yang dianggap tidak adil. Para siswa yang berprestasi tidak bisa mendaftarkan diri ke sekolah favorit karena sistem tersebut.

Persoalan ini dirasakan oleh Yumna (12), seorang siswi berprestasi lulusan salah SD Pekeringanalit 02.

Trending: Bocah SD Menangis Saat Menyanyikan Lagu untuk Mendiang Ayahnya

Bakar Belasan Piagam, Begini Persoalannya

Tahun ini dunia pendidikan diramaikan dengan sistem zonasi pada PPDB. Sistem zonasi yang berlaku untuk PPDB ini menimbulkan polemik di kalangan masyarakat.

Pasalnya banyak pihak yang tidak setuju dengan sistem zonasi yang dicanangkan pemerintah dalam PPDB tahun ini. Berbagai opini menyebutkan soal sistem Zonasi yang dianggap tidak adil.

Di masyarakat sudah terbentuk beberapa sekolah favorit yang terkenal miliki kualitas yang bagus.

Baik dari segi pengajar atau pun pebelajarnya dikenal memiliki kemampuan dan integritas yang bagus.

Trending: Anaknya Sering Dicubit Banyak Orang, Zaskia Adya Mecca Mengaku Risih

Tapi dengan adanya sistem zonasi, para siswa yang memiliki kemampuan akademik unggul sulit untuk masuk ke sekolah favorit.

Permasalahannya adalah karena sistem zonasi mengharuskan peserta didik untuk masuk ke sekolah yang memiliki jarak terdekat dengan kecamatan rumah mereka.

Tentu kebijakan ini menuai banyak protes. Di mana anak-anak berprestasi tidak bisa masuk ke sekolah dengan kualitas bagus.

Hal inilah yang dirasakan oleh Yumna (12), salah satu siswa berprestasi lulusan SD Pekeringanalit 02.

Yumna menginginkan masuk ke SMP favorit idamannya yaitu di SMP N 1 Kajen. Alhasil karena kecewa, Yumna rela membakar banyak piagam penghargaan dari sejumlah prestasi yang sudah ia terima.

“Ada sekitar 15 piagam penghargaan yang dibakar. Berbagai kejuaran yang diikuti dan berhasil menyabet juara satu diantaranya seperti menulis halus, cerita islami, tilawah, adzan, nyanyi solo, nyanyi grup, dokter kecil.

“Anak saya juga selalu masuk dan memiliki rangking dikelasnya. Mungkin berpikiran piagam-piagam tidak membantu dirinya masuk ke SMP Negeri 1 Kajen (sekolah yang diinginkan), jadi akhirnya dibakar,” kata Sugeng, ayah Yumna kepada Tribunjateng.com saat ditemui di kediamannya, Rabu (26/06/2019).

Trending: Siswa Pengeroyok Tenaga Honorer Dikeluarkan dari Sekolah

Sistem ini dianggap juga banyak merugikan karena kurangnya sosialisasi.

“Hari pertama pendaftaran saya mengantarkan anaknya melakukan pendaftaran online namun melalui jalur zonasi.

Namun oleh guru dan kepala sekolah dasar, disarankan untuk masuk jalur prestasi. Di hari kedua, mendaftar ke jalur prestasi namun tidak bisa, mengingat sudah mendaftar di jalur zonasi.

Saya, sebagai orangtua kecewa. Kita sudah mendaftar ke jalur prestasi kata pihak sekolah (SMP) tidak bisa, harusnya daftar di sekolah diluar zonasi,” jelasnya.*

Grid )

Exit mobile version