Nadiem Makarim Hapus UN Pada Tahun 2021, Ternyata Ini Alasannya

Menurut Nadiem Makarim, ada tiga alasan mengapa UN perlu diganti dengan sistem ujian lain.

Kolase Foto Instagram/@nadiem_makarim__

KLIKTREND.com – Wacana tentang kbijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim menghapus Ujian Nasional (UN) ramai diperbincangkan baru-baru ini.

Meski demikian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim memastikan program UN masih dilaksanakan pada tahun 2020 nanti.

Melansir Grid.ID, saat Rapat Koordinasi bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Indonesia di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (11/12/2019), Nadiem mengungkapkan pada tahun 2021 program ini akan digantikan dengan asesmen kompetensi minimum dan survei karakter.

“Pada tahun 2021, UN itu akan diganti menjadi asesmen kompetensi minimum dan survei karakter,” kata Nadiem.

Trending: Kenakan Tas Mewah, Intip Penampilan Ibunda Presiden Jokowi saat Menghantar Gibran Maju Pilkada Solo

Alasan Nadiem Makarim soal UN Perlu Diganti

Nadiem mengungkapkan UN tetap dipertahankan pada 2020 dengan pertimbangan telah dilakukan persiapan oleh pihak sekolah dan siswa untuk menghadapinya.

“Untuk 2020, UN akan dilaksanakan sesuai seperti tahun sebelumnya.

“Jadi 2020, bagi banyak orang tua yang sudah investasi buat anaknya belajar mendapat angka terbaik di UN itu silakan lanjut untuk 2020.

“Tapi itu hari terakhir UN seperti format sekarang diselenggarakan,” tutur Nadiem.

Menteri Nadiem Makarim
Foto Instagram/@nadiem_makarim__

Mengutip dari Kompas.com, menurut Nadiem Makarim, ada tiga alasan mengapa UN perlu diganti dengan sistem ujian lain.

Pertama, UN hanya sekadar membuat siswa menghafal. Belum lagi, materi pada mata pelajaran padat.

“Karena cuma ada beberapa jam untuk melakukan itu, sehingga semua materi harus di-cover. Ujung-ujungnya, ya harus menghafal. Makanya timbul berbagai kebutuhan untuk bimbel dan lain-lain untuk mencapai angka tinggi,” kata Nadiem Makarim di DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (12/12/2019).

Foto Instagram/@nadiem_makarim__

Trending: Viral, Luna Maya Unggah Foto Kenakan Pakaian Pengantin Bicara Soal Pernikahan

Kedua, kata Nadiem, UN menjadi sumber stres bagi siswa, guru, dan orang tua. Sebab, nilai UN menjadi penentu nilai akhir siswa di masa sekolah.

“Di UU sudah dijelaskan bahwa UN adalah untuk mengasesmen sistem pendidikan. Tapi karena dilakukan di akhir jenjang dan karena menguji berbagai pelajaran, ini ujung-ujungnya jadi angka rapor siswa,” ujar Nadiem Makarim.

Alasan terakhir, kata Nadiem Makarim, UN tidak mampu mengukur kemampuan kognitif siswa. Selain itu, menurut dia, UN tak menyentuh nilai karakter siswa.

“Untuk menilai aspek kognitif pun belum mantap. Karena bukan kognitif yang dites. Tapi aspek memori. Memori dan kognitif adalah dua hal yang berbeda. Bahkan tidak menyentuh karakter, values dari anak tersebut, yang saya bilang bahkan sama penting atau lebih penting dari kemampuan kognitif,” jelasnya.

Foto Instagram/@nadiem_makarim__

Trending: Ini Pembelaan Netizen Terhadap Video Viral Betrand Peto yang Sentuh Dada Sarwendah

UN direncanakan diganti dengan penilaian kompetensi minimum dan survei karakter. Penilaian kompetensi minimum diukur melalui asesmen literasi dan numerasi.

Selanjutnya, survei karakter berisikan tentang penerapan nilai-nilai Pancasila.*

Exit mobile version