KLIKTREND.com – Persoalan rasisme yang dialami mahasiswa asal Papua kini tengah menjadi sorotan publik, baik di dalam negeri maupun masyarakat internasional.
Di tengah perjuangan masyarakat dunia menolak segala bentuk diskriminasi, Indonesia justru mengobarkan api rasisme terhadap Orang Papua.
Ibarat fenomena gunung es, rupanya persoalan rasisme telah lama dirasakan oleh mahasiswa Papua ketika keluar dari Bumi Cendrawasih itu.
Trending: 6 Fakta Tentang Susi, Koordinator Aksi di Asrama Mahasiswa Papua
Persoalan Rasisme yang Mereka Alami
Dilansir Kliktrend.com dari tayangan video pada halaman facebook BBC News Indonesia, tampak para mahasiswa ini mengungkapkan pengalaman pahit yang mereka rasakan saat kuliah.
Matius Wonda
Terkait persoalan rasisme, Matius mengungkapakan pengalaman pahitnya. “Sering sekali kami mengalami rasisme diskriminasi itu kami sudah sangat sering sekali. Yang terjadi di sekitar lingkungan dan bahkan sampai di kampus-kampus”, ungkap Matius Wonda
Selain itu Matius Wonda (21) menceritakan pengalaman awalnya hingga ia bisa melanjutkan kuliah di Jakarta. Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga, Matius mengisahkan alasan dirinya melanjutkan studi di Ibukota.
“Awalnya karena ekonomi keluarga susah untuk mendaftar kuliahan. Tapi karena bersyukur waktu itu ada test, akhirnya saya ikuti test itu saya mendapatkan beasiswa lalu saya kuliah di Jakarta sini”, ungkap Matius.
Trending: Di Tengah Kerusuhan Papua, Begini Kata Pimpinan OPM Goliath Tabuni
Anastasya Marian
Anastasya juga mengungkapkan pengalaman yang sama. “Sempat ada ibu dosen yang mengatakan kepada saya bahwa itu kenapa kalian orang Papua badannya bau dekil. Terus ketika kami mengobrol itu kami susah untuk bernafas”, ungkap Anas.
Anastasya Marian (22) asal Wamena juga mengungkapkan alasan dirinya melanjutkan kuliah di Jakarta adalah ingin memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru.
“Sempat saya cerita ke bapa saya kalo saya ingin kuliah di Jakarta dan pertanyaan pun sama saya sampaikan mengapa kamu kuliah di sana? seperti itu.
Dan jawaban saya, saya ingin punya pengalaman yang lebih baru dan lebih baik lagi di sana. Karena melihat dari setiap persoalan yang selalu terjadi di atas tanah Papua ini membuat konsentrasi kita untuk belajar akan berkurang”, demikian kata Anastasya.
Priska Mulait
Sementara itu Priska Mulait (20) seorang mahasiswa asal Wamena mengungkapkan kesenangannya kuliah di Jakarta karena ada hal baru.
“Kami kuiah di sini karena kami pikir kami masih berada di wilayah negara ini, negara Indonesia. Jadi kami datang kuliah di sini”.
“Yang saya senang dari Jakarta yaitu hal-hal baru yang saya tidak ketahui di Papua, hala-hal baru yang tidak ada di sana, itu bisa saya dapatkan di sini. Pelajaran baru”, tutur Priska.
Michael Dawi
Michael Dawi (21) mahasiswa asal Wamena mengungkapkan perasaanya terkait engan persoalan rasisme yang terjadi di Surabaya.
“Kalau saya melihat konflik yang di Surabaya, sebagai saya punya kawan-kawan di Papua sana pertama hati saya terpukul dengan sebutan monyet” tutur Michael.
“Saya bisa banyak belajar dari kawan-kawan di Jakarta. Karena satu hal soal rasisme sendiri saya bisa ketemu kawan-kawan yang kulit putih sedangkan saya hitam.
Di situ belajar toleransi gimana manusia yang satu dengan yang lain.Itu yang saya suka. Karena di Indonesia ini banyak sekali suku.
Trending: Viral, Kisah Percakapan Antara Gubernur Papua dengan Gubernur Jawa Tengah di Masa Orde Baru
Harapan Mahasiswa Papua
Terkait dengan persoalan rasisme, ada pun harapan dari mahasiswa Papua di masa yang akan datang.
Matius Wonda
Matius Wonda mengungkapkan bagaimana kondisi kehidupan sosial di Papua. “Papua itu indah. Orang Papua itu tidak rasis dan masyarakat di sana itu sangat rukun sekali. Kami msyarakat Papua itu terbuka”, jelas Matius.
Anastasya Marian
“Orang Papua itu kalo ada orang baru yang sudah bergabung di sana dengan mereka orang nya rama-rama. Tidak pernah membedakan satu dengan yang lain.
Misalnya kamu dari Jawa itu lalu kamu berbeda. Tidak. Di sana itu kita saling sayang. Hal kasih itu di Papua sangat besar”.
Priska Mulait
“Kawan-kawan Indonesia sendiri tidak tahu Papua itu berapa suku, bahasa serta luasnya. Sehingga di sini saya mau katakan bahwa Papua itu ada Papua Barat dan Paua. Tetapi di sini kami satu.
Dan kalau mau bilang Papua indah dan tidak, saya berharap untuk kalian bisa datang ke Papua sendiri, untuk menyaksikan bagaimana di tanah Papua sendiri indah atau tidak”, kata Priska.
Michael Dawi
“Sebenarnya rakyat Indonesia banyak yang sudah menyadari persoalan Papua.Tetapi satu hal yang membuat rakyat Indonesia selalu sama-sama dengan Papua, karena kita tahu Papua adalah surga bagi Indonesia.
Di akhir video tersebut, para mahasiswa ini mengungkapkan harapan mereka. “Jadi tolong hargai kami sebagai manusia. Jangan mengeluarkan kata karena kata itu sangat menyakitkan untuk kami” ungkap Priska.
“Sebagai manusia yang dilahirkan dari rahim ibu, sebenarnya saya sakit hati juga kepada oknum yang sempat lontarkan kata-kata itu”, sambung Michael Dawi.
“Jika Indonesia mau maju, jangan ada yang namanya rasisme, penindasan dan juga diskriminasi yang selalu terjadi bagi kami orang Timur khususnya”, demikian harapan Anastasya.