KLIKTREND.com – Salah satu aktor Hollywood, Leonardo DiCaprio pada pertengahan Maret 2019 yang lalu mengkritik sampah plastik yang diproduksi oleh Indonesia.
Kritik tersebut disampaikan sang aktor melalui postingan gambar di akun Instagram Leonardo.
Unggahan tersebut pun mulai ramai diperbincangkan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) TPST Bantargebang pada Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto angkat bicara.
“Indonesia berada di peringkat kedua polusi plastik terbesar di dunia setelah Cina dengan laporan menghasilkan 187,5 ton sampah plastik per tahun, sekitar 1 juta ton di antaranya bocor mencemari laut,” ujar Aktor Hollywood Leonardo DiCaprio dalam postingan gambar di akun Instagram @leonardodicaprio pada tanggal 15 Maret 2019.
Trending: Lucinta Luna Lempar Segelas Minuman ke Arah Boy William, Ini Persoalannya
Begini Tanggapan Pemda DKI
Postingan gambar hasil jepretan fotografer yang mendokumentasikan perubahan iklim di dunia, Elisabetta Zavoli itu memperlihatkan beberapa laki-laki dari Kelurahan Cikiwul, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, menangkap ikan pada genangan air yang tercemar limbah sampah bercampur lumpur.
Aktor pemeran film Titanic itu menyoroti bahaya efek rumah kaca dari produksi sampah plastik yang kini ditampung Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang hasil buangan dari sekitar 15 jutaan warga di Jakarta.
Postingan pada akun 32,3 juta pengikut dari berbagai negara di dunia itu berkembang viral.Unggahan itu menuai komentar beragam sebanyak 1.923 netizen di Indonesia maupun internasional.
Trending: Ashanty Beberkan Sifat Asli Lucinta Luna
Merespons hal itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) TPST Bantargebang pada Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto angkat bicara.
Dia mengatakan Leonardo menyebutkan hal tersebut dalam kapasitasnya sebagai pegiat lingkungan internasional yang fokus pada perubahan iklim.
Asep menjelaskan, TPST Bantargebang adalah lokasi penimbunan sampah terbesar di Asia Tenggara. Volume eksisting sampah saat ini berkisar 26 juta meter kubik.
Namun, pihaknya belum melakukan studi khusus terkait dengan tudingan Indonesia sebagai penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia.
TPST Bantargebang berdomisili di tiga wilayah kelurahan seluas total 110,3 hektare, yakni Ciketing Udik, Cikiwul, dan Kelurahan Sumurbatu, menampung distribusi sampah rata-rata 7.452 ton per hari dari Jakarta.
Volume itu meningkat setiap tahun berkisar 400 hingga 1.000 ton. Komposisinya 33 persen sampah plastik, sisa makanan 39 persen, 9 persen kain, 3 persen kulit atau karet, sampah B3 4 persen, kayu atau rumput 4 persen, kertas 4 persen, dan jenis lainnya 4 persen.
Sampah itu ditimbun sejak 1989 hingga sekarang pada lahan seluas total 74,5 persen dari luas lahan TPST.
Timbunan sampah terbagi atas Zona I seluas 18,3 hektare, Zona II 17,7 hektare, Zona III 25,41 hektare, Zona IV 11 hektare, Zona V 9,5 hektare dan 28,39 hektare lainnya diperuntukkan bagi fasilitas pengolahan sampah.
Asep tidak memungkiri keberadaan sampah di Bantargebang berkontribusi negatif pada pencemaran di sekitarnya. Hal ini seperti pencemaran air tanah, polusi bau sampah yang menyebar melalui udara, hingga ancaman penyakit.
“Lingkungan sekitar sudah pasti tercemar. Akan tetapi, kami upayakan untuk meminimalisasi dampak tersebut,” kata Asep.*
( Tempo )